Sedap Sekejap Edisi 4/II-April 2001

, , No Comments
Melongok Hidangan Khas Jepara & Kudus

Sambil memperingati Hari Kartini, mari kita berjalan-jalan ke Jepara.
Meski kota ukiran ini minim sekali jajajan, toh, bukan berarti sama
sekali tak ada hidangan lezat. Jajanan yang jumlah yang sebelah tangan
ini ternyata cukup lezat. Selain Jepara, kami ajak juga Anda
berkunjung ke Kudus, tentu sambil menyusuri hidangan yang tersebar di
kota ini.

KUDUS

SOTO KUDUS

Siapa yang tak kenal soto kudus? Bukan hanya di kota-kota besar di
Indonesia saja yang sudah kenal kepopuleran soto ayam yang nikmat ini,
di berbagai daerah kecil pun selalu saja ada yang menjajakan soto
kudus. Makanya kalau berkunjung ke kota Kudus, jangan tidak mencicipi
hidangan khas Kudus ini.

Soto Ayam yang sarat dengan kaldu ayam kampung dan rasanya menyegarkan
ini, sangat mudah ditemui di seluruh pelosok kota Kudus. Di Kudus,
Soto Pak Denuh ini paling terkenal, hingga memiliki 4 outlet di kota
Kudus. Saat ini pengelolanya bukan Pak Denuh, tetapi sudah diwariskan
kepada cucu-cucunya. Salah satunya adalah Ibu Elliyani dan suaminya
Pak Ronji yang saat ini mengelola cabang di Jl. R. Agil Kumadya.

Walaupun sudah memiliki 4 cabang, tetapi dalam pembuatan soto, tetap
menjadi satu. "Dibuatnya di dapur yang sama dan dibuat oleh orang yang
sama. Baru kemudian dibagi 4 bagian," jelas Ronji.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tiap harinya minimal kedai ini
menyediakan 30 ekor ayam kampung. Menemani soto, disediakan jua sate
hati dan ampela ayam, sate telur burung puyuh, dan sate gatra (calon
telur ayam, Red.) Tak kurang dari berbagai pejabat di Jawa Tengah dan
artis-artis kondang pernah singgah di kedai soto yang sederhana ini.

SOTO KERBAU

Berawal dari larangan Sunan Kudus kepada pengikutnya untuk tidak makan
daging sapi, maka banyak sekali warung yang menyediakan kudapan berupa
daging ayam atau daging kerbau. Sebelum mencicipi sendiri, kita akan
berpikir rasa atau aroma daging kerbau pasti kurang enak. Padahal,
kalau kita mengunjungi rumah makan yang menyediakan masakan daging
kerbau yang sudah kondang, kita tak akan bisa membedakan rasa dan
aromanya dengan daging sapi, lo!

"Untuk orang Kudus, daging kerbau rasanya lebih sedep dibandingkan
dengan daging sapi," terang Mbak Masrumi, pengelola Warung Soto Kerbau
Pak Siban. Daging dan jeroan kerbau olahan Warung Soto pak Siban
terasa lembut dan dagingnya berwarna merah muda. Rasa sotonya pun
segar. "Itu berasal dari kaldu daging kerbau. Pokoknya kalau sudah
sekali mencoba, pasti akan ketagihan," janji Masrumi.

Bersama sang ibu, Ny. Kasruni, mereka meneruskan usaha Soto Kerbau Pak
Siban yang saat ini sudah meninggal dunia. Dalam sehari mereka harus
menyiapkan 8 kilogram daging kerbau. Jam buka warung dari pukul 07.30
hingg pukul 10.00. Setelah itu soto kerbau sudah ludes tandas.
Harganya juga cukup terjangkau. Satu porsi hanya Rp 2 ribu.

Menyajikannya bukan dalam mangkok, melainkan dengan piring. Soto
Kerbau disajikan bersama nasi putih, baru diguyur dengan kuah dan
potongan daging kerbau. Rasanya sudah jelas, gurih dan pantas dicoba.

JENANG KUDUS

Nah, oleh-oleh yang satu ini jangan lupa dibeli. Jenang Kudus merek
Sinar 33, Mubarok, Mabrur, atau Viva. Ketiga merek ini adalah jenang
(dodol, Red.) yang sangat terkenal di Kudus. Sehingga orang yang
berkunjung ke Kota Kretek ini tak pernah lupa membeli untuk oleh-oleh
keluarga dan teman di kota asalnya. Kalau ingin membeli jenang khas
Kudus ini, ada baiknya langsung membeli di toko Sinar 33 di Jl. Sunan
Muria No. 33. Karena di toko ini kita bisa memperoleh semua merek
jenang Kudus di atas. Bahkan kita juga bisa menikmati rumah asli Kudus
sambil berbelanja jenang untuk oleh-oleh.

Salah satu pengusaha jenang Kudus adalah Ny. Hj. Mabruri, pengusaha
jenang mereka Sinar 33. Mubarok, Mabrur, dan Viva. ia mulai
berproduksi pada tahun 1915. Pembuatan jenang masih mempergunakan
tangan, begitu juga dengan pengemasannya. Sementara penjualannya
dilakukan secara direct selling.

Potensi jenang makin berkembang setelah tahun 1933. Karena makin
besar, jenang yang dahulunya 100 persen mempergunakan bahan alami,
kini mulai dikemas kertas. "Dahulu masih mempergunakan loyang tampah,"
kenang Bapak M. Noordin, Kepala Bagian Pemasaran Pj. Mubarok Group.

Hingga kini jenang Sinar 33 dengan kemasan kertas masih kami produksi
dan bisa menguasai 30 persen seluruh penjualan jenang grup Mubarok.
Bahkan kini Mubarok memproduksi 4 merek. "Tetapi semuanya kami
produksi dan pasarkan bersama-sama sehingga tak ada persaingan di
antara produk-produk ini.

Walau banyak produksi jenang serupa tersebar di seluruh Kudus, sampai
kini Jenang Kudus Sinar 33, Mubarok, Mabrur, dan Viva belum
tergoyahkan. "Kami berusaha untuk tidak berhenti di satu titik
kepuasan. Kami terus mengembangkan usaha ini, selain diversifikasi
merek, juga mengembangkan resep jenang untuk makin tahan lama dan siap
untuk masuk ke internasional," tutur Noordin.

Jenang Kudus ini mampu menghabiskan 4-5 kuintal kelapa untuk sekali
produksi. "Untuk masa liburan atau menjelang lebaran bisa sampai 3-4
kali lipat."

PINDANG KUDUS

Makanan yang satu ini hanya bisa kita temui di Kudus. Sesuai dengan
namanya, pindang ini cita rasanya manis. Dibuat dengan nya yang manis
dan penggunaan bumbu tradisional, kluwek. Walaupun mempergunakan
kluwek, tapi tetap tak berwarna hitam. Isi pindang ini berupa sayatan
daging ayam dan daun melinjo.

Salah satu penjual Pindang Ayam yang terkenal adalah di warung soto
Pak Denuh. Selain menjual soto ayam khas Kudus, mereka juga
menyediakan Pindang Ayam yang nikmat. Lagi-lagi penyajian Pindang Ayam
ini serupa dengan Soto Kerbau, yaitu mempergunakan piring dan
disajikan bersama nasi putih.

LENTOG

Untuk memulai hari, orang-orang Kudus menyukai sajian Lentog. One dish
meal ini berupa lontong, sayur tewel (sayur nangka muda, Red.), dan
opor tahu. Yang menjadi beda karena sayur tewel dimasak hingga hancur
menyerupai bubur.

Karena amat menyukai Lentog, sampai-sampai di sebuah jalan di Kudus,
yaitu Jl. Tanjung Gang 1 terdapat bursa Lentog. Biarpun banyak penjaja
Lentog, tapi ada satu warung yang selalu disesaki pembeli, yaitu
Warung Lentog Tanjung Pak Ndek.

Kalau Anda ingin mencoba, jangan segan meminta satu porsi, karena
porsi Lentog bisa dikatakan sedikit. Menyajikannya dengan piring
kecil, diisi dengan potongan lontong dan ditaburi sayur tewel.
Kemudian disiram kuah dan potongan opor tahu. Kalau ingin tambah
pedas, kita bisa mengambil sendiri cabai rawit yang dimasak merah
seperti sayur krecek dalam gudeg. Soal rasa jangan ditanya.
Jangan-jangan nanti Anda menjadi salah satu penggemar berat Lentog
khas Kudus. sdp@Rika Eridani, foto-foto : Veri Valensi

0 comments: