Sedap Sekejap Edisi 5/I-April 2000

, , No Comments
Artis-artis Bisnis Brownies
USAHA ISENG YANG JADI LARIS


Tak kurang dari Meriam Belina, Robby Sugara, sampai istri Gito Rolies
terjun membuka usaha brownies. Kue cokelat kecil dari cokelat ini
memang tengah digemari banyak orang. Hingga tak heran kalau usaha yang
dimulai mereka secara iseng atau sekadar membuktikan kemampuan
berusaha ini, berkembang pesat.

Meriam Bellina:
INGIN DIKENAL SEBAGAI MADAME BROWNIES

Awalnya rasa tidak puas terhadap kafe tenda artis yang marak berdiri
pada pertengahan 1998 lalu. "Usaha ini merupakan bentuk protes saya,"
ujar Mer, panggilan akrabnya, ketika ditemui Sedap Sekejap di
sela-sela syuting sinetron di kawasan Cibubur.

Mer merasa berdirinya kafe tenda artis memukul para pedagang kecil.
Karena itulah ia berusaha memperlihatkan pada teman-temannya bahwa
artis tidak perlu membuat kafe tenda yang bisa mengancam penghasilan
pedagang kecil. "Kalaupun membuka usaha jangan yang mengancam pedagang
kecillah," begitu alasannya.

Lalu kenapa memilih brownies? "Soalnya brownies waktu itu masih aneh
dan memiliki kelas atau level tersendiri. Brownies biasanya dijual di
toko-toko tertentu yang memiliki kelas tertentu dan dikonsumsi
kalangan menengah ke atas," papar ibu beranak dua ini. Tetapi bukan
itu saja alasan brownies yang dinamainya Bellina's ini dipilih sebagai
usaha. Meriam memiliki resep keluarga yang enak sekali. Resep sang
papi tersebutlah yang digunakannya untuk memulai usaha brownies
miliknya.

Meski memiliki resep yang bisa diandalkan, Meriam tidak dengan
serta-merta berjualan brownies. "Konsepnya saya buat matang dulu. Baik
dari pembuatan, pengemasan, hingga logo yang digunakan. Soalnya ada
misi khusus untuk diperlihatkan pada teman-teman artis lainnya,"
ungkapnya.

Sekitar bulan Agustus 1998 ia mulai memperkenalkan browniesnya pada
masyarakat luas. Ia sengaja terjun langsung menjual brownies di
bazar-bazar yang ada di berbagai mal di Jakarta kecuali juga membuka
outlet Bellina's di Pasaraya Blok M dan Pasar Festival di Kuningan.

Saat ini ada 4 rasa yang dibuatnya, capuccino, kismis, cokelat dan
keju. Khusus brownies rasa keju dijual Rp. 28 ribu per dus. Jenis
lainnya dijual dengan harga Rp. 23 ribu. Harga sejumlah itu relatif
murah mengingat bahan cokelat, keju, dan almon dibeli dari luar
negeri.

"Khusus untuk keju, saya sempat berganti 3 kali karena bahannya sangat
mahal. Dulu sebotol kecil keju impor seperti cheesespread saja
harganya 78 ribu. Apalagi setelah krismon," ujarnya. Brownies tersebut
dijual dalam ukuran besar dalam kardus berwarna emas bertuliskan
Bellina's dan potongan kecil. Kadang saat peristiwa tertentu Mer
membuat bentuk khusus. Misalnya, saat Valentin lalu, ia membuat
brownies bentuk hati yang menurutnya sangat laris.

Kalau kembali pada tujuannya semula, Meriam sudah bisa membuktikan
kesuksesan usahanya pada rekan-rekannya sesama artis. "Kadang saya
bisa, lo, memproduksi sampai 700 brownies," kata Mer bangga menyebut
angka produksi tertingginya.

Kesuksesannya membuatnya berniat meluaskan usahanya. Baik dari rasa
maupun pemasaran. "Nanti akan lahir rasa yang baru, bentuk yang baru
juga pemasarannya meluas di kota besar lainnya," tutur Mer.

Michele Sugito : MENGIMPOR LOYANG

Usaha brownies juga dilakukan oleh Michelle Sugito, istri Gito
Rollies. Meski awalnya iseng, toh, usahanya juga terus berkembang.
Resep kuenya itu diperolehnya saat menyelenggarakan kegiatan sosial
bersama American Woman Association (AWA). Dalam kegiatan tersebut
Michelle kebagian membuat brownies. Sampai sekarang resep itulah yang
digunakan untuk berjualan.

Tentu saja waktu itu belum terpikir oleh Michelle untuk membuka usaha
brownies. Karena resep itu memang enak, ia sering membuatnya untuk
keluarga atau hadiah bagi teman-teman. Rupanya teman-temannya pun
menyukainya dan menyarankan Michelle untuk berjualan brownies.

"Tadinya saya enggak mau, tetapi setelah dipikir-pikir kenapa tidak
saya coba. Eh, tahunya jadi lumayan serius. Saya juga senang bisa
mengembangkan usaha ini. Soalnya bisa menghasilkan uang tanpa harus
meninggalkan perhatian untuk keluarga," papar Michelle.

Untuk menjaga kualitas, Michelle mengimpor semua bahan bahkan sampai
loyang pun dikirim oleh ibunya. "Loyang lokal terlalu tipis hingga
hasilnya nanti kurang bagus. Tetapi untuk cokelat saya pakai cokelat
asli Indonesia.

Kini usahanya sudah berjalan 2 tahun. Ia dibantu oleh 3 orang
karyawan. Karena itulah bila ada pesanan ia sudah harus bekerja sejak
subuh. "Kecuali karena harus bikin sendiri, juga karena sekitar pukul
10.00 saya mengajar di Sekolah Global Jaya. Makanya saya tidak
melayani pesanan tiba-tiba. Pesanan harus dilakukan sehari sebelumnya
," terang Michelle yang sehari bisa membuat 5 -20 loyang brownies.

Tetapi, lanjut Michelle, di bulan puasa pesanannya bisa mencapai 100
brownies sehari. "Wah, kalau sudah begitu capeknya minta ampun,"
katanya tertawa.

Saat ini ada 3 rasa yang diproduksi Michelle, yaitu classic chocolate,
kayumanis plus kismis, serta lemon. Semuanya tersedia dalam dus kecil
dengan harga Rp. 30 ribu dan dus besar yang harganya Rp. 45 ribu. Tiap
jenis brownies juga memiliki penggemar tersendiri. "Kalau yang punya
lidah Eropa, Indo, atau minimal pernah tinggal di sana lebih suka yang
lemon atau kayumanis. Sedangkan orang Indonesia dan anak-anak umumnya
suka yang cokelat," jelas Michelle.

Untuk memasarkan browniesnya Michelle masih mengandalkan mulut ke
mulut atau lewat berbagai bazar. Tetapi Juni tahun ini ia berniat
membuka toko di Kemang yang khusus menjual brownies, roti, atau kue
bikinannya sendiri. Sementara sekarang ia cuma mengandalkan sopirnya
yang setia untuk mengantarkan pesanan ke mana-mana. Namun, toh, sang
sopir pun sudah mulai protes."Habis makin hari pelanggannya makin
jauh, sih."

Robby Sugara : MENJAMIN MUTU

"Saya tertarik bisnis brownies karena terpikat rasanya ketika
mencicipi pertama kali. Waktu itu istri saya bawa oleh-oleh brownies
Prima Rasa dari Bandung. Karena enaknya, tiba-tiba saja langsung
muncul ide untuk memasarkan brownies Prima Rasa Bandung di Jakarta,"
papar Robby Sugara di sela-sela pemotretan.

Belum lagi niatnya kesampaian, Meriam Bellina sudah mendahului bisnis
brownies. "Jadi, kita tunda dulu. Takut dikira ikut-ikutan," kata
Robby. Namun setelah istrinya Gito Rollies jualan brownies juga, Robby
pun semakin berani mewujudkan keinginannya. Toh manusia se-Jakarta kan
banyak, pikirnya waktu itu. "Enggak mungkin, kan, mereka bisa melayani
semua. Bagi-bagi rejeki sajalah."

Maka Robby pun membuka beberapa outlet yakni di ITC Mangga Dua dan
Gelael Pancoran. "Tadinya ada dua lagi, tapi keduanya terpaksa saya
tutup karena sesuatu hal," cetus Robby yang menyukai brownies rasa
rhum and raisin ini. Di tiap outletnya selalu tertera embel-embel,
"special order Robby Sugara". Apakah memang brownies Prima Rasa
Bandung berbeda dengan Prima Rasa yang dijualnya? "Bedanya karena saya
yang jual, he he he...," kekeh bapak tujuh anak ini.

Robby menjamin brownies Prima Rasa sangat lezat dan bermutu tinggi.
"Nggak mungkin saya menjual barang kalau rasanya enggak enak. Nama
saya, kan, jadi taruhan. Harganya juga enggak terlalu mahal, hanya
beda 20 persen dari harga Prima Rasa yang di Bandung. Yakni berkisar
antara Rp. 17.500 sampai Rp. 24.000 per dusnya," ujar artis yang
sedang menyelesaikan syuting sinetron Ingin Kumiliki ini.

Keseriusan Robby dalam usaha ini terlihat dari seringnya ia nongkrong
di outletnya. "Terutama kalau saya sedang tidak ada syuting. Hasilnya,
penjualan jadi ikutan naik, lo," katanya. Robby berharap keadaan
perekonomian makin baik. "Kalau kita sudah benar-benar terlepas
krisis, pasti tingkat konsumsi naik. Jadi makin banyak yang beli
brownies." sdp@Miftakh/ Rika
Foto-foto : Veri, Rynol, dok. NOVA

0 comments: