(one of) our favorite(s)

, , No Comments
makan sushi dan sashimi buat kami (khususnya suamiku) sebenernya adalah kebudayaan
baru. mencoba menyelami dan menyenangi barang baru memang enggak mudah.
nyemplungin suami untuk menyukai sushi-sashimi juga perlu waktu. bahkan dulunya
saat aku belajar makanan Jepang jenis ini harus berani menghadapi gempuran pedasnya
wasabi atau merem melek karena kebanyakan membubuhi shoyu jadi keasinan enggak keruan.
untungnya aku enggak ada masalah menyantap irisan mentah daging ikan salmon-ikan
tuna-ikan ekor kuning sampai tentakel cumi yang alot bener. rasanya sih enak-enak aja. penyesuaiannya justru pada tata cara menikmati sushi terutama sashimi.

lama kelamaan seiring berjalannya waktu (dan sering makan sushi-sashimi), perut jadi
terbiasa dan jadi nagih. untungnya perutku sadar diri, nagih makan sushi atau sashimi
pada saat abis gajian. hehehe... tiap hari sih mau aja, tapi apa daya dompetku saat itu belum bisa kompromi.

dulu, untuk menikmati makanan ini belum terlalu banyak gerai yang menjual sushi apalagi sashimi. kalau pun ada yang jual makanan Jepang, paling-paling makanan Jepang 'palsu'. alias disesuaikan dengan lidah orang Indonesia yang kaya bumbu.
kebetulan, di food court Plaza Senayan ada gerai Ichiban Sushi. lumayanlah. varian sushi-nya cukup lengkap, dan good news-nya mereka menyediakan sashimi yang standar dan menurutku harganya cukupan deh.

saat itu aku sudah pacaran sama suamiku. pacarku itu dulunya anti banget sama
acara coba-coba makanan baru. kalau pas lagi pacaran nyangkut di PS, biasanya makan
di food court dan pesannya selalu yang itu-itu aja :-p. misalnya, harus yang ada kuahnya. hangat, enggak pedes. bosen deh...
alhasil setelah merayu sedikit, kadang dia mau makan di Ichiban Sushi. tanpa menghiraukan tatap aneh dari matanya, aku tetap pesan sushi atau sashimi set. sedangkan si pacar memesan yakiniku set. "emang enak ya makan sushi?" tanya dia. aku sih cuma angguk-angguk kepala aja. mencoba menawarkan potongan sushi dari piringku. "enggak ah. kapan-kapan aja," tolaknya.

hingga suatu saat sewaktu kami makan lagi di Ichiban Sushi dengan menu yang kurang lebih sama, dia berucap, "boleh coba sushi-nya?"
bagaikan dilamar di tengah mall, aku langsung mengangguk dan mengangsurkan piring sushi set-ku. sambil sok pintar menjelaskan ini itu, "yang ini sushi ikan salmon.
enak deh. menurutku seperti melt in your mouth. yang ini tuna sushi. enak, tapi salmon lebih enak," terangku dengan penuh percaya diri.
akhirnya dia memutuskan memilih salmon sushi. alhamdulillah enggak ada reaksi yang aneh dari wajahnya. "enak. pantesan kamu seneng banget makan sushi," komentarnya pendek. aku tawarkan potongan lain. kali ini dengan rayuan untuk membubuhi wasabi dalam sushi-nya. "rasanya gimana?" tanya pacarku. enggak berani bohong, aku terpaksa jujur, "kalau menurutku sih agak pedes menyengat dalam hidung." "ah, enggak dulu lah. aku enggak mau merusak rasa," dia menolak tawaranku.

lama-lama pacar mulai order sushi atau sashimi set. dan sejalan dengan waktu, aku mencari informasi tentang salmon, wasabi dan segala sesuatu tentang sushi atau sashimi. hingga suatu waktu sambil menikmati (lagi-lagi) sashimi set. "Mas, tahu enggak kalau ikan salmon banyak mengandung lemak yang baik untuk tubuh? ini makanan sehat, ada kandungan zinc dan omega 3. bagus untuk melindungi kekebalan tubuh terhadap penyakit. aku pengen kamu jangan sering sakit."
tambahku lagi, "wasabi. ini banyak vitamin c-nya. enggak ada salahnya nyoba kok."
hehehe... namanya juga usaha.
awalnya wasabi emang bikin tersedak. tapi anehnya pacarku ini kok malah seneng.
"pedas memang. tapi lebih bisa dinikmati ketimbang sambel terasimu yang pedes itu," kilahnya. ada-ada aja. tapi who cares deh. yang penting suka dari dirinya sendiri tanpa paksaan.

kesukaan terhadap makanan khas jepang ini sempat menyurutkan langkah kami
untuk makan sashimi atau sushi di sembarang tempat.
pasalnya suatu waktu kami iseng beli sashimi set di sebuah gerai Japanesse food di
sebuah hypermart terkenal di Jakarta. berbekal coolbox untuk menampung belanjaan fresh di mobil, tenang saja kami membawa sashimi tersebut untuk dinikmati di rumah. makan punya makan, lha malemnya kok kami berdua murus-murus. terpaksa kami menelan norit berbutir-butir malam itu.
asli kapok setengah mati. bukaaannn.... bukan kapok makan sashimi. tapi kapok beli sashimi bukan di tempat yang khusus menyediakan sashimi atau sushi!
saat ini kami selektif sekali untuk mencoba restoran Jepang yang menjual raw food. terutama kebersihannya.
kalau di foodcourt mall ya dilihat dulu penampilan gerainya. cukup meyakinkan atau kelihatan kotor. apakah sudah biasa menyediakan makanan khas jepang yang segar seperti Cosmo Supermarket di Grand Wijaya.
bukan cuma membandingkan irisannya generous atau enggak, wasabinya fresh atau enggak, ocha-nya free flow atau enggak.

sekitar 2 tahun ke belakang, makin banyak resto baru yang menjual aneka macam-aneka rasa-aneka bentuk sushi yang dicap sebagai fusion sushi. sisi baiknya kami mensyukuri atas 'kesadaran' penikmat kuliner dengan masuk ke wilayah yang disebut fusion.
berkat label fusion, semua makanan yang tadinya 'diharamkan' menjadi bisa lebih dinikmati semua kalangan. artinya makin banyak resto yang menyediakan sushi-sashimi! artinya kami jadi makin dalam membenamkan tangan ke dalam kantong!!! cihuy. hidup konsumerisme!

kesukaan kami adalah sashimi dan sushi gaya klasik, bisa ditebak kami anti dengan pilihan fusion sushi. setiap mengunjungi SushiGroove (salah satu resto favorit), jarang sekali kami pesan menu fusion. walau waiter-nya selalu menawarkan, dengan terpaksa kami menolak. kecuali kami memang lagi lapar banget dan membutuhkan asupan karbo & protein lebih :-D. barulah kami sedikit berdamai dengan fusion sushi. syaratnya jangan pake mayo, jangan yang digoreng, jangan pake bumbu yang berlebihan aja. menurut kami after taste-nya beda banget. "kurang bisa masuk wasabi-nya,"
menurut suami mengenai penggunaan mayonaise dalam sushi.

demi meikmati sushi dan sashimi dengan harga ekonomis, kami tak segan 'berburu' resto yang memberikan potongan harga dengan kartu kredit yang kami miliki. lumayan juga karena diskonnya bisa mencapai 30-50% untuk setiap pembelanjaan.
dengan adanya discount card, discount soft opening, promosi kartu kredit (tentu saja terbatas pada kartu yang kami miliki saja) atau apalah asalkan meringankan pembelanjaan kami untuk menikmati sushi-sashimi, sangat menyenangkan bagi kami.

jadi, siapa yang mau traktir kami? ditunggu kapan saja :-D

0 comments: