kuis siang hari bolong

, , No Comments
kemarin makan siang dengan Sinta di sebuah warung mie di Pasar Cikini.
menunggu pesanan datang, tiba-tiba datang seorang anak laki-laki berumur 10 tahunan mendekati meja kami. "Tante, minta uang buat bayar sekolah," mohonnya.
aku dan Sinta cuma menggelengkan kepala. "maaf, enggak," tolak kami.
masih bersikeras dengan tekadnya, bocah tadi tetap memohon, "buat nambah bayar sekolah Tante. kasihan Tante..." wah mulai ngemis nih.
enggak cuma sekali aku ketemu dengan bocah ini, dengan modus operandi yang sama. minta uang dengan dalih bayar uang sekolah.

tak berapa lama, ada tiga orang memasuki kedai mie. salah satunya cowok, dan diikuti oleh si bocah peminta. "Bang, bagi uang buat bayar sekolah, dong," rengeknya.
"emang kelas berapa lo?" tanya si cowok. jawab si anak, "kelas lima!" "oke, kalau lo emang kelas lima, tau enggak Jawa Tengah ibukotanya di mana? pasti bisa dong, itu pelajaran kelas empat," jelas sang cowok.

pertanyaan 'sepele' tadi menggugah minat kami. kami penasaran, siapa sih orang ini iseng banget ngasih kuis siang hari bolong. Dennis Adhiswara!
aku dan Sinta makin melebarkan kuping.
"ayo, ibukota Jawa Tengah di mana?" kejar Dennis. "Jakarta Utara," teriak pongah si bocah. "ha-ha-ha... ngaco lo. ayo pikirin dulu, masak soal gampang kayak gini enggak bisa?" cecar Dennis.

gerombolan penonton mulai menyemut, mengerumuni Dennis dan bocah peminta. Dennis menetralkan suasana tegang sang bocah. melalui pertanyaan lain dengan melupakan pertanyaan awalnya. "enggak pa-pa kalau enggak bisa. sekarang, siapa gubernur DKI sebelum Fauzi Bowo?" si bocah cengar-cengir. seorang tukang majalah mulai menengahi 'pertempuran' ini dengan melemparkan clue untuk menjawab pertanyaan sebelumnya. "hei, lo tau enggak yang jadi boss Persija?" "siapa ya?" ulang si bocah masih sambil memamerkan giginya kesana-kemari. mulailah ia mengabsen nama-nama absurd. hingga akhrnya panas Jakarta mencairkan kebekuan otak si bocah, "Sutiyoso," serunya gagah.
sambil bangkit dari bangkunya Dennis berkata, "ayo, gue beliin sekarang." sembari mengajak si bocah menuju penjual minuman. Dennis mentraktir sebotol teh dingin untuk si bocah setelah bisa menjawab pertanyaan yang ia berikan.
aku kagum dengan keluwesan Dennis menghalau si bocah peminta.
halus.

kita sering ketemu dengan tipikal anak seperti itu. di pasar, krl, di jalanan, di mana saja.
apakah kita sudah memiliki cara untuk menyikapi? seperti Dennis yang manis. atau enggak peduli seperti aku dan Sinta?
semua terserah kita. apakah kita mau susah sedikit untuk memberikan efek jera kepada anak-anak peminta? atau bersikap defensif dan hanya berharap mereka bisa mengerti tanpa kita ajari?
sudahkah kita mendidik mereka?


jakarta, 26 agustus 2008.

0 comments: