, , No Comments
laki-laki diambang 30-an, dengan seragam Hansip. duduk tercenung di trotoar di sebuah perempatan jalan memandangi mobil-mobil yang bersliweran di depannya. sambil sesekali menghembuskan asap rokoknya ke udara yang terkena polusi asap knalpot dan debu. dibelakangnya tersandar sepeda yang mungkin seusia dirinya.
matanya masih nanar memandangi jalan yang rapat dengan mobil. entah apa yang ada dalam benaknya. mungkin ia terpikir dengan permintaan anak, istrinya atau ibunya, kalimat-kalimat yang mengandung tuntutan. beberapa pesan yang menyiratkan kebutuhan hidup.
gajinya yang tigaratus ribu sebulan, penuh dengan potongan kas bon untuk menutupi kebutuhan hidup. sementara itu kebutuhan pokok di pasar harganya makin melambung.
siapa yang harus disalahkan? ia yang tak pernah mengecap sekolah tinggi? hingga mendaftar menjadi Hansip, Kamra or whatever they called? hingga ia terdampar di sebuah perempatan jalan untuk mengatur lalu lintas. kita yang berlalu lalang di depannya, mengharapkan bantuannya untuk memberi jalan mobil kita agar bisa segera melaju ke sebuah mal? makan minum belanja sepuasnya? atau kepada pemerintah yang terhormat? yang korup, yang nepotis, yang mementingkan kepentingan pribadi, di atas kepentingan publik?

0 comments: