2 hari lagi masuk bulan Ramadhan. bagi yang mengamalkan, aku ucapkan selamat berpuasa. semoga puasa teman-teman menjadi berkah.

mohon maaf jika ada kesalahan yang sudah aku perbuat, baik disengaja atau tak sengaja.
XXXXXXXX sent you a message on Facebook...




XXXXX sent you a message.

--------------------
Subject: tolong dong

mbak2... maaf ya boleh minta tolong?

tolong dong foto2 lama suami ku, namanya XXXXX, yang tergabung dalam satu foto dengan pacar2 lamanya ga usah dipasang di public space. semua orang bisa akses, istrinya bisa lihat. ga enak aja gitu sebagai istri perasaannya. belum kalau dikomentarin rame2 berderet2 dibawah fotonya: ...inget nggak...YYYYY dan XXXXX...ZZZZZ dan XXXXX...bla...bla....

terserah mbak aja sih. lagian ini negara bebas kok. cuma aja kalau keadaan dibalik gimana? enak juga nggak?

terima kasih ya.

XXXXXXX
--------------------
sore tadi, lagi asyik-asyiknya nge-upload foto ke facebook, tiba-tiba hpku bunyi. nomernya aku enggak kenal. menurut perkiraanku telepon kantor, karena kepalanya 522.
buru-buru aku jawab. siapa tahu rejeki, ada yang mau pesan kuweh :-D

telepon itu dari kantor SushiGroove. what? aku pikir ada masalah. soalnya semalam aku baru aja posting cerita tentang sushi-sashimi. perkiraanku enggak salah. betul 100%.
sayangnya aku lupa nanya nama mbak yang telepon aku. hai mbak... :-)

mbak dari SushiGroove menyatakan bahwa baru aja baca tulisan di blog-ku. sudah pasti postinganku semalam. "kami baru baca blog Mbak Rika. di blog Mbak sedikit menyebutkan SushiGroove. karena itu, kami memberikan voucher SushiGroove," jelas si mbak.

whoa! doaku terkabul. enggak bakal ngira aku bakal ditraktir. aku udah lupa mimpi apa semalam. padahal tulisanku rasanya enggak bagus-bagus amat. dan topik SushiGroove cuma jadi sub-topik kecil aja.

anyway, jadi tersanjung. belum sebulan lalu berkunjung ke SushiGroove Citiwalk dikasih member card gratis. padahal syarat untuk memperoleh member card SushiGroove, kita harus 'belanja' minimal Rp. 75.000 sebanyak 3 kali dalam 1 bulan. karena aku sebelumnya punya reward card usang yang hampir penuh stamp-nya (tiap bill Rp. 100.000 dapat satu stamp. kalau sudah terkumpul 10 stamp bisa ditukar voucher SushiGroove senilai Rp. 100.000), oleh waitress SushiGroove aku enggak perlu mengikuti aturan tersebut. dan weekend kemarin member card gratis tersebut udah diuji coba. hehehe... lumayan juga diskonnya.

anyway, thank you so much SushiGroove. love ya!
makan sushi dan sashimi buat kami (khususnya suamiku) sebenernya adalah kebudayaan
baru. mencoba menyelami dan menyenangi barang baru memang enggak mudah.
nyemplungin suami untuk menyukai sushi-sashimi juga perlu waktu. bahkan dulunya
saat aku belajar makanan Jepang jenis ini harus berani menghadapi gempuran pedasnya
wasabi atau merem melek karena kebanyakan membubuhi shoyu jadi keasinan enggak keruan.
untungnya aku enggak ada masalah menyantap irisan mentah daging ikan salmon-ikan
tuna-ikan ekor kuning sampai tentakel cumi yang alot bener. rasanya sih enak-enak aja. penyesuaiannya justru pada tata cara menikmati sushi terutama sashimi.

lama kelamaan seiring berjalannya waktu (dan sering makan sushi-sashimi), perut jadi
terbiasa dan jadi nagih. untungnya perutku sadar diri, nagih makan sushi atau sashimi
pada saat abis gajian. hehehe... tiap hari sih mau aja, tapi apa daya dompetku saat itu belum bisa kompromi.

dulu, untuk menikmati makanan ini belum terlalu banyak gerai yang menjual sushi apalagi sashimi. kalau pun ada yang jual makanan Jepang, paling-paling makanan Jepang 'palsu'. alias disesuaikan dengan lidah orang Indonesia yang kaya bumbu.
kebetulan, di food court Plaza Senayan ada gerai Ichiban Sushi. lumayanlah. varian sushi-nya cukup lengkap, dan good news-nya mereka menyediakan sashimi yang standar dan menurutku harganya cukupan deh.

saat itu aku sudah pacaran sama suamiku. pacarku itu dulunya anti banget sama
acara coba-coba makanan baru. kalau pas lagi pacaran nyangkut di PS, biasanya makan
di food court dan pesannya selalu yang itu-itu aja :-p. misalnya, harus yang ada kuahnya. hangat, enggak pedes. bosen deh...
alhasil setelah merayu sedikit, kadang dia mau makan di Ichiban Sushi. tanpa menghiraukan tatap aneh dari matanya, aku tetap pesan sushi atau sashimi set. sedangkan si pacar memesan yakiniku set. "emang enak ya makan sushi?" tanya dia. aku sih cuma angguk-angguk kepala aja. mencoba menawarkan potongan sushi dari piringku. "enggak ah. kapan-kapan aja," tolaknya.

hingga suatu saat sewaktu kami makan lagi di Ichiban Sushi dengan menu yang kurang lebih sama, dia berucap, "boleh coba sushi-nya?"
bagaikan dilamar di tengah mall, aku langsung mengangguk dan mengangsurkan piring sushi set-ku. sambil sok pintar menjelaskan ini itu, "yang ini sushi ikan salmon.
enak deh. menurutku seperti melt in your mouth. yang ini tuna sushi. enak, tapi salmon lebih enak," terangku dengan penuh percaya diri.
akhirnya dia memutuskan memilih salmon sushi. alhamdulillah enggak ada reaksi yang aneh dari wajahnya. "enak. pantesan kamu seneng banget makan sushi," komentarnya pendek. aku tawarkan potongan lain. kali ini dengan rayuan untuk membubuhi wasabi dalam sushi-nya. "rasanya gimana?" tanya pacarku. enggak berani bohong, aku terpaksa jujur, "kalau menurutku sih agak pedes menyengat dalam hidung." "ah, enggak dulu lah. aku enggak mau merusak rasa," dia menolak tawaranku.

lama-lama pacar mulai order sushi atau sashimi set. dan sejalan dengan waktu, aku mencari informasi tentang salmon, wasabi dan segala sesuatu tentang sushi atau sashimi. hingga suatu waktu sambil menikmati (lagi-lagi) sashimi set. "Mas, tahu enggak kalau ikan salmon banyak mengandung lemak yang baik untuk tubuh? ini makanan sehat, ada kandungan zinc dan omega 3. bagus untuk melindungi kekebalan tubuh terhadap penyakit. aku pengen kamu jangan sering sakit."
tambahku lagi, "wasabi. ini banyak vitamin c-nya. enggak ada salahnya nyoba kok."
hehehe... namanya juga usaha.
awalnya wasabi emang bikin tersedak. tapi anehnya pacarku ini kok malah seneng.
"pedas memang. tapi lebih bisa dinikmati ketimbang sambel terasimu yang pedes itu," kilahnya. ada-ada aja. tapi who cares deh. yang penting suka dari dirinya sendiri tanpa paksaan.

kesukaan terhadap makanan khas jepang ini sempat menyurutkan langkah kami
untuk makan sashimi atau sushi di sembarang tempat.
pasalnya suatu waktu kami iseng beli sashimi set di sebuah gerai Japanesse food di
sebuah hypermart terkenal di Jakarta. berbekal coolbox untuk menampung belanjaan fresh di mobil, tenang saja kami membawa sashimi tersebut untuk dinikmati di rumah. makan punya makan, lha malemnya kok kami berdua murus-murus. terpaksa kami menelan norit berbutir-butir malam itu.
asli kapok setengah mati. bukaaannn.... bukan kapok makan sashimi. tapi kapok beli sashimi bukan di tempat yang khusus menyediakan sashimi atau sushi!
saat ini kami selektif sekali untuk mencoba restoran Jepang yang menjual raw food. terutama kebersihannya.
kalau di foodcourt mall ya dilihat dulu penampilan gerainya. cukup meyakinkan atau kelihatan kotor. apakah sudah biasa menyediakan makanan khas jepang yang segar seperti Cosmo Supermarket di Grand Wijaya.
bukan cuma membandingkan irisannya generous atau enggak, wasabinya fresh atau enggak, ocha-nya free flow atau enggak.

sekitar 2 tahun ke belakang, makin banyak resto baru yang menjual aneka macam-aneka rasa-aneka bentuk sushi yang dicap sebagai fusion sushi. sisi baiknya kami mensyukuri atas 'kesadaran' penikmat kuliner dengan masuk ke wilayah yang disebut fusion.
berkat label fusion, semua makanan yang tadinya 'diharamkan' menjadi bisa lebih dinikmati semua kalangan. artinya makin banyak resto yang menyediakan sushi-sashimi! artinya kami jadi makin dalam membenamkan tangan ke dalam kantong!!! cihuy. hidup konsumerisme!

kesukaan kami adalah sashimi dan sushi gaya klasik, bisa ditebak kami anti dengan pilihan fusion sushi. setiap mengunjungi SushiGroove (salah satu resto favorit), jarang sekali kami pesan menu fusion. walau waiter-nya selalu menawarkan, dengan terpaksa kami menolak. kecuali kami memang lagi lapar banget dan membutuhkan asupan karbo & protein lebih :-D. barulah kami sedikit berdamai dengan fusion sushi. syaratnya jangan pake mayo, jangan yang digoreng, jangan pake bumbu yang berlebihan aja. menurut kami after taste-nya beda banget. "kurang bisa masuk wasabi-nya,"
menurut suami mengenai penggunaan mayonaise dalam sushi.

demi meikmati sushi dan sashimi dengan harga ekonomis, kami tak segan 'berburu' resto yang memberikan potongan harga dengan kartu kredit yang kami miliki. lumayan juga karena diskonnya bisa mencapai 30-50% untuk setiap pembelanjaan.
dengan adanya discount card, discount soft opening, promosi kartu kredit (tentu saja terbatas pada kartu yang kami miliki saja) atau apalah asalkan meringankan pembelanjaan kami untuk menikmati sushi-sashimi, sangat menyenangkan bagi kami.

jadi, siapa yang mau traktir kami? ditunggu kapan saja :-D
kemarin makan siang dengan Sinta di sebuah warung mie di Pasar Cikini.
menunggu pesanan datang, tiba-tiba datang seorang anak laki-laki berumur 10 tahunan mendekati meja kami. "Tante, minta uang buat bayar sekolah," mohonnya.
aku dan Sinta cuma menggelengkan kepala. "maaf, enggak," tolak kami.
masih bersikeras dengan tekadnya, bocah tadi tetap memohon, "buat nambah bayar sekolah Tante. kasihan Tante..." wah mulai ngemis nih.
enggak cuma sekali aku ketemu dengan bocah ini, dengan modus operandi yang sama. minta uang dengan dalih bayar uang sekolah.

tak berapa lama, ada tiga orang memasuki kedai mie. salah satunya cowok, dan diikuti oleh si bocah peminta. "Bang, bagi uang buat bayar sekolah, dong," rengeknya.
"emang kelas berapa lo?" tanya si cowok. jawab si anak, "kelas lima!" "oke, kalau lo emang kelas lima, tau enggak Jawa Tengah ibukotanya di mana? pasti bisa dong, itu pelajaran kelas empat," jelas sang cowok.

pertanyaan 'sepele' tadi menggugah minat kami. kami penasaran, siapa sih orang ini iseng banget ngasih kuis siang hari bolong. Dennis Adhiswara!
aku dan Sinta makin melebarkan kuping.
"ayo, ibukota Jawa Tengah di mana?" kejar Dennis. "Jakarta Utara," teriak pongah si bocah. "ha-ha-ha... ngaco lo. ayo pikirin dulu, masak soal gampang kayak gini enggak bisa?" cecar Dennis.

gerombolan penonton mulai menyemut, mengerumuni Dennis dan bocah peminta. Dennis menetralkan suasana tegang sang bocah. melalui pertanyaan lain dengan melupakan pertanyaan awalnya. "enggak pa-pa kalau enggak bisa. sekarang, siapa gubernur DKI sebelum Fauzi Bowo?" si bocah cengar-cengir. seorang tukang majalah mulai menengahi 'pertempuran' ini dengan melemparkan clue untuk menjawab pertanyaan sebelumnya. "hei, lo tau enggak yang jadi boss Persija?" "siapa ya?" ulang si bocah masih sambil memamerkan giginya kesana-kemari. mulailah ia mengabsen nama-nama absurd. hingga akhrnya panas Jakarta mencairkan kebekuan otak si bocah, "Sutiyoso," serunya gagah.
sambil bangkit dari bangkunya Dennis berkata, "ayo, gue beliin sekarang." sembari mengajak si bocah menuju penjual minuman. Dennis mentraktir sebotol teh dingin untuk si bocah setelah bisa menjawab pertanyaan yang ia berikan.
aku kagum dengan keluwesan Dennis menghalau si bocah peminta.
halus.

kita sering ketemu dengan tipikal anak seperti itu. di pasar, krl, di jalanan, di mana saja.
apakah kita sudah memiliki cara untuk menyikapi? seperti Dennis yang manis. atau enggak peduli seperti aku dan Sinta?
semua terserah kita. apakah kita mau susah sedikit untuk memberikan efek jera kepada anak-anak peminta? atau bersikap defensif dan hanya berharap mereka bisa mengerti tanpa kita ajari?
sudahkah kita mendidik mereka?


jakarta, 26 agustus 2008.
buat suami tercinta, makasih yaa... udah dibeliin modem HSDPA. sekaligus dengan langganan internet unlimited-nya.
katanya, "enggak ada alasan lagi buat males nulis lagi."
selain males masih ada banyak alasan absen nulis.
misalnya aja sibuk banyak kerjaan.
atau kecapaian.
mungkin juga lagi enggak mood.
jadi udah punya jalur unlimited kok cuma main fesbuk? ngobrol di YM?
hehehe... kan sambil ngumpulin teman-teman lama yang susah jumpa?
anyhow, once again thank you so much to my lovely husband...

jakarta, august 21st 2008 (on Maissa 2nd birthday. happy birthday, dear. hope you enjoy the present :-) that we sent)