, , No Comments
cita-cita

bisnis. kata ini enggak pernah terlintas di benak gue semenjak mengenal kata-kata sebagai salah satu pilihan karir. sewaktu masih SD gue tergila-gila dengan karya-karya Chairil Anwar. yang akhirnya menggiring gue kepada pilihan menjadi penyair saat mengisi kolom cita-cita pada buku kenangan milik teman gue saat itu. menulis puisi jadi salah satu opsi hobi gue. bengong dikit, narik kertas dan pensil, coret-coret, jadilah puisi tentang ayam, ibu atau kampung halaman.

menginjak masa SMP, lain lagi pilihan karir gue. jadi guru. alasannya sih simpel banget, jadi guru itu pasti pinter karena punya ilmu lebih ketimbang murid-murid yang diajarnya. kayaknya cool banget.

beda lagi setelah masuk SMA, saat itu gue sarat banget dengan kegiatan ekskul. dari OSIS sampai PMR. dari pengurus mushalla sampai panitia kurban. dari pengurus kelas sampai wakil lomba baris-berbaris. pendeknya, kenyang kegiatan. kayaknya opsi jadi penyair dan guru agak terlupakan. saat itu gue cita-citanya jadi mahasiswa dan kalau udah lulus mau jadi ibu rumah tangga yang baik kayak Ibu gue! hahaha...

selepas SMA masuklah perguruan tinggi. begitu berhasil masuk PT negeri, cita-cita gue adalah: pacaran direstui ortu! huehehehe... alhamdulillah terkabul! bosen pacaran karena sibuk kuliah dan ikutan proyek penelitian di sana sini, membuat kolom cita-cita gue berisikan menjadi peneliti. lumayan juga CV gue karena ikut penelitian di berbagai institusi. enggak malu-maluin, deh. tapi 'karir' sebagai peneliti sempat terhenti karena harus berprioritas menyelesaikan skripsi.

belum juga maju sidang, ada seseorang menanyakan cita-cita gue. saat itu yang terlintas di kepala gue adalah 'being a journalist is a coolest thing', so, spontan gue jawab aja "mau jadi wartawan." dan gue melihat tampang orang yang bertanya kaget seolah tak percaya.

tapi harus percaya, karena setahun kemudian gue akhirnya berhasil jadi wartawan juga. wartawan-hiburan-di-sebuah-majalah-remaja-ibukota-yang-sedang-mencari-jati-diri.
huah.
walaupun pekerjaanya keras, tapi gue seneng banget (waktu itu...) diberi kesempatan bekerja di sana, malah sempat menyelesaikan skripsi gue yang terhambat. waktu itu gue janji sama boss besar, akan menyelesaikan skripsi dalam waktu 3 bulan. alhamdulillah gue sanggup dan bener-bener bisa lulus dalam waktu 3 bulan setelah gue sign kontrak kerja. cihui!

waktu bergulir, tak terasa sudah 4 tahun lebih gue kerja sebagai wartawan-hiburan-di-sebuah-majalah-remaja-ibukota-yang-sedang-mencari-jati-diri.
bosen, deh. ditengah kebosanan itu, ada seseorang (lagi?!) yang bertanya tentang cita-cita gue. saat itu gue sedang bosen mak-nya bosen. dengan asal gue jawab aja gini, "mau jadi ibu rumah tangga yang baik dan punya kegiatan yang bisa dikendalikan dari rumah." ho-ho... jujur aja, jawaban itu ngawur buanget!!! tapi kalau sampai kejadian ya berkah banget. biarpun saat itu gue masih lajang, tapi kebutuhan beli baju beli tas tetap ada, kan. biar bosan gue coba bertahan kerja di majalah-remaja-ibukota-yang-sedang-mencari-jati-diri tersebut, hingga akhirnya rasa bosan itu semakinmengkristal. gue harus keluar! lirik sana lirik sini, akhirnya gue melamar (masih di satu klan) sebagai
wartawan-di-sebuah-majalah-kuliner-yang-sedang-naik-daun-dan-digilai-ibu-ibu.
sampai akhirnya gue dipinang oleh mantan pacar (yang enggak pernah tanya cita-cita gue apa), dan beberapa bulan kemudian gue diboyong mengikuti kepindahan tugas suami.

di sinilah titik balik dari segala cita-cita gue. I'm totally changed. gue menemukan kenyataan bahwa cita-cita bukanlah menjadi siapa atau menjadi sesuatu. cita-cita adalah mimpi di masa depan. menjadi something adalah alatnya. percuma aja jadi direktur kalau keluarga di rumah berantakan. percuma juga sampai harus berangkat kerja datang pagi pulang malam kalau esensi kehidupan yang kita inginkan malah enggak pernah kita raih. well, saat ini cita-cita gue adalah jadi orang baik dan hidup sehat bahagia. dan bisnis hanyalah menjadi 'kendaraan' gue menuju cita-cita hidup gue. and now, I'm happy healthy woman.

hurray!!!

0 comments: