he he he


kemaren siang liat si melly ex "putri malam" lagi diwawancara di acara infotainment betis di anteve. bangga dia menyebut dirinya sebagai pencipta icon "ayuk mang".

setau gue sih, "yuk mang" itu jargon. sebuah frasa tidak bisa disebut sebagai icon. kalau yang disebut sebagai icon itu adalah tokoh, nah ini baru bener. mungkin dia bermaksud untuk menyebut bahwa dia bangga telah berhasil menciptakan dirinya sebagai icon yang mempopulerkan jargon "ayuk mang". sayangnya kayaknya dia kurang mengerti perbedaan mendasar arti kata icon dan jargon, sampai-sampai waktu diwawancara, kata tersebut keluar begitu saja seperti memang seperti itulah seharusnya.

lagi pengen protes aja sama banyak selebritis (artis, aktris, aktor, penyanyi, tokoh masyarakat, pembaca berita, pembawa acara, dll) yang suka salah pakai kata, tapi nggak ngeh kalo salah. contoh lain yang paling sering, kata 'event' dibaca seperti melafalkan kata 'even'. dulu smp waktu dapet basa inggris pada kemana seeeh? orang-orang di sekeliling kalian itu ngapain aja sih kerjanya? tau salah kok nggak ada yang mencoba mbenerin? apa sama nggak taunya? apa cuma pada menjilat aja?

satu hal yang pasti: bikin malu aja. soalnya jadi ketauan begonya.
setidaknya, kalo gue, karena merasa belum pinter, ya belajar untuk jadi lebih tau.
and keep my mouth shut kalo emang gue nggak tau!


resto dipitdeep soakit yummy

tempat makan sepuasnya yang menyajikan makanan shabu-shabu dan barbeque ini terlihat mati enggan hidup pun tak mau. seperti salah satu outletnya di Metropolitan Mall Bekasi. dari pagi-pagi buka sampai malam kayaknya customernya enggak lebih dari sepuluh meja per harinya. melihat keadaan seperti itu cuma sebersit rasa kasihan. perasaan iba ini lebih banyak untuk pegawainya. kalau kayak gini terus menerus, bisa-bisa mereka bisa kena phk, kan?

sebenarnya untuk menyelamatkan keadaan resto yang memiliki 5 cabang di Jakarta dan Bekasi ini adalah mengadakan promosi. ya harga, ya menu makanan atau promosi dengan majalah-majalah dan enggak lupa pasang iklan. sedikit banyak rasanya mereka cukup mengerti dengan keadaan resto yang nafasnya senen-kemis ini. buktinya mereka sudah memberikan harga yang lumayan murah di antara resto yang menyajikan makanan serupa. untuk full menu ambil dan masak sendiri ini, hanya mematok harga Rp. 50.000 nett. murah, kan? bandingkan dengan Nanabantei atau Pa'regu. jauh banget, dua yang terakhir gue sebutkan tadi memasang tarif sekitar Rp. 65.000++ daaaan... belum termasuk menu minuman, lho! berbeda dengan dipitdeep, Rp. 50.000 tadi sudah termasuk minuman yang bebas ngambil sampai pipis-pipis. minumannya juga lumayan, ada aneka softdrink dan lipton ice lemon tea yang syedap banget itu (i really love this lipton ice lemon tea) belum lagi aneka es campurnya yang lumayan juga. promo iklan radio, masih ada. soalnya kalau kita makan di sana, dipasang radio yang menyiarkan iklan dipitdeep. lalu di koran-koran ibukota kadang sekali dua masih ada iklan kecil mungilnya.

tapi dengan harga segitu, kok masih saja resto tadi sepi pembeli, ya? beberapa kali mengunjungi tempat makan tersebut pada jam makan siang, dari sekitar 20-an meja hanya terisi 3 meja yang masing-masing paling banyak berisi 3 orang penikmat. rasanya gue bisa sedikit memberikan kesimpulan tentang sepi pengunjung resto dipitdeep dari pengalaman makan di sana;
1. rasanya biasa saja
2. bahan-bahan sudah tidak terlalu fresh, tapi belum busuk
3. ada kecoa kecil-kecil keluar dari kompor
4. bumbunya begitu-begitu saja, dulu-dulu sih enak, belakangan a little bit too salty
5. pelayannya agak menganggu karena ikut memasakkan bahan makanan dan meramukan bumbu-bumbu yang rasanya agak ajaib, dengan dalih membantu. hakekat memasak makanan sendiri makanan anda jadi lari deh.
6. kami berlima (ortu, gue, suami dan adik gue) pernah makan siang di salah satu resto dipitdeep di daerah utara jakarta, sepulang dari sana kami murus-murus dan harus bersahabat dengan wc. yang paling parah suami gue karena sakit perutnya paling hebat, dia mengalami diare sampai 2 hari.
mungkin saja penilaian gue di atas enggak bener. tapi beberapa tahun yang lalu, di surat pembaca Kompas pernah ada keluarga yang complain terhadap resto ini. mereka menemukan kecoa di bagian sayur-sayuran. sayangnya dari pihak dipitdeep enggak ada tanggapan.

sampai detik ini, resto tersebut masih buka dan sedang menunggu pembeli. entah orang yang tidak tahu atau orang penasaran macam gue yang akan masuk ke resto tersebut.
kalau enggak ada perbaikan apapun, rasanya dipitdeep enggak bakal lama eksis. lagi-lagi kasihan pegawainya... dan ada pengangguran lagi....

pertanyaan: siapa sih pemodal atawa pemiliknya? anda hebat sekali masih bisa mempertahankan dan mengelola dipitdeep ini. salut deh! kalau saya jadi anda, kayaknya udah tahun dulu resto ini saya tutup :-p hehehe...

gile! keren banget situs ini. it's about leisure time. i wish i could make this for me.


hari ini gue sudah mulai beraktivitas. masih sekeliling rumah aja sih. melakukan hal-hal yang minggu lalu belum bisa gue lakukan. bayar listrik, ke satelindo, ke bank, belanja bahan buat bikin coklat, dan... JALAN-JALAN KE MOL.

apa sih sebenarnya hakekat jalan ke mol? sekadar window shopping atau memang ada keperluan membeli sesuatu? terus terang, ke mol (mana aja) dari duluuuu sampai sekarang tetap menyenangkan. padahal yang didatangi akhirnya hanya mol atau pusat perbelanjaan yang itu-itu aja. soalnya pertumbuhan mol dan kekerapan mengunjungi mol sak Jakarta pertambahannya enggak sesuai deret ukur. :-p
window shopping? ya. tapi kalau sekadar untuk dilihat dan melihat macam abg di Plaza Senayan atau Cilandak Town Square sih enggak deh au. jadi kebutuhan nge-mol buat gue window shopping sekaligus shopping sekalian. walaupun kadang yang dibeli juga sekadar barang tak berguna atau sekantong buah-buahan. yang ajaib, kenikmatan ngider di mol ini bukan jalan-jalan sak rombongan ibu-ibu atau suami. gue suka banget ke mol di hari biasa siang atau sore hari, sendirian. ya, sendiri aja. beda lagi kalau jalan ke pusat perbelanjaan dengan suami. kami lebih menyebut sebagai eksplorasi berkursi roda di berbagai pusat perbelanjaan jakarta. jadi, kita cari tahu di mol mana yang 'tidak mengijinkan' pekursi roda menikmati mol-nya, dan pusat belanja mana yang 'welcome' betul dengan kaum difabel.

seperti siang tadi, sebenarnya alasan gue ke mol karena membelikan titipan teman. kebetulan barang yang diinginkan enggak ada di tempat perbelanjaan di sekitar ia tinggal. alasan kedua, karena sekalian parkir untuk bayar listrik. alasan lainnya, udah seminggu lebih enggak lihat mol. what a stupid reason, huh?

setelah di mol, gue baru merancang kebutuhan yang harus gue jalani. yang pasti: beliin titipan sinta, beli buah, nge-check vcd indonesia terbaru untuk dikoleksi, mau potong rambut (karena rambut gue abis sakit rontok berat dan mulai kepanasan karena sudah terlalu panjang) dan lihat-lihat aja. setelah selesai melakukan hal-hal pokok tadi, akhirnya beli majalah dan makan siang. terus pulang.

gitu aja? hehehe, i'm happy enough with that. mungkin gue seneng ke mol karena bau mol yang khas dan masing-masing berbeda satu sama lain? walahualam, biarkan jadi misteri.

hidup mol!


OMPRENGAN

hari ini gue ikut suami yang sehari-hari mempergunakan omprengan untuk bisa sampai ke tempat kerjanya. ini adalah kali pertama gue menjajal kendaraan omprengan ini. asyik banget! sampai Jakarta tanpa nyetir sendiri!

FYI aja, kendaraan omprengan dari Bekasi - yang mangkal di dekat perumahan Galaksi - menuju Jakarta ini, melayani beberapa jurusan. salah satunya yang kami tumpangi, Blok M, lalu ada yang arah Jl. Thamrin, Grogol dan Kuningan. kebetulan pagi ini kami ikut di mobil Pak Azril(?), yang sehari-hari bekerja di Kejaksaan Agung, di Jl. Sisingamangaraja.

tarif sekali naik angkutan alternatif ini adalah Rp. 3.500. mahal? enggak juga. soalnya kita tak harus berdiri sampai di tempat tujuan, bisa duduk tenang di mobil pribadi. soal nyaman atau enggak itu relatif. kalau untung, kita bisa naik kendaraan pribadi yang ber-AC dan fully music. agak apes kalau dapat mobil yang berangin cuma-cuma. tapi lebih sial lagi kalau si pengangkut memaksakan kita para penumpang berdesak-desakan dalam sebuah kijang long tahun 90-an, depan 2 orang (3 orang termasuk sopir), tengah 4, belakang 6. itu rajanya sial, ditambah lagi enggak ada AC plus jalanan macet, sedangkan bos udah menelepon berkali-kali mengingatkan meeting dengan klien tinggal 15 menit lagi.

yang sedap ya pagi ini. kebetulan kami bisa menumpang di kijang Pak Azril yang dipenuhi penumpang in a normal way. depan 1 (2 dengan sopir), tengah 3, belakang 4. hehehe.... biarpun enggak pakai AC, tapi semilir angin melewati jendela dengan ramah menjamah kami. masih ditambah pula jalanan absolutely enggak macet! (tumben banget, deh. biasanya kalau Senin pagi bisa-bisa sampai di pintu tol Halim Cawang memakan waktu satu sampai satu setengah jam dari pintu masuk tol Jatibening) kalau lagi ketiban hoki seperti hari ini sih bisa 15 menit doang! "ini rejeki kamu, karena pertama ngompreng," goda suami gue.

karakteristik penumpang omprengan adalah pekerja kantoran, mahasiswa atau ibu-ibu (macem gue) yang mau ngeluyur ke Jakarta. kegiatan terbesar yang dilakukan para penumpang dalam perjalanan sebanyak 90% adalah TIDUR! sisanya ngobrol atau melamun.

lucunya para sopir yang menjajakan alternatif transport para suburban ini ada yang sekadar nambahin penumpang di mobilnya untuk menuju 3 in 1, ada juga yang sekalian jalan menuju kantor macam pak Azril ini, dan sebagian besar adalah profesi! untuk menjalankan bisnis ini mereka tidak sendirian. untuk pengaturan 'lalu lintas' dipercayakan kepada beberapa orang yang dijadikan timer. biasanya timer ini memungut bayaran Rp. 3000 sekali angkut. gue dan suami pernah memanfaatkan bisnis ini untuk memasuki kawasan 3 in 1. berhubung mobil kami sangat mungil, kami hanya tega mengangkut 3 orang saja dalam mobil kami. lama-lama kok enggak tega, belakangan kami hanya mengambil penumpang secukupnya, 1 orang saja! dan tidak kami pungut biaya sama sekali. sang timer mah, tetap kami bayar, dia mana ngurus penumpang mau bayar berapa. soalnya niat kami hanya mencari teman untuk menembus kawasan 3 in 1.masih mending daripada bayar 4000(!) untuk joki. that's right. ada beberapa joki yang gak mau kalo 'cuma' dikasih 3000.

pengalaman naik omprengan pagi ini, rasanya membuka mata gue bahwa omprengan bisa jadi alternatif untuk membantu mengatasi kemacetan. kalau gue bawa mobil sendiri setidaknya kan menambahi kesesakan jalanan berebut dari bottleneck pintu masuk tol Jatibening menuju jalan bebas hambatan namun macet.

yang jelas hari ini gue seneng banget naik omprengan dan gue belum kapok untuk naik lagi dan naik lagi.


rekor baru! enggak nyetir selama 8 hari!!!! biasanya tiada hari tanpa nyetir. rasanya gatel kalo enggak duduk di belakang kemudi. minimal ngedrop suami.


hello world!
di hari ke-3 setelah tumbangnya gue, akhirnya bisa juga gue sapa dunia yang indah ini (walau ada perang dan wabah SARS).

pesan gue: banyak makan sayur, jangan kebanyakan jajan, dan konsumsi suplemen kesehatan jika perlu, untuk menghadapi cuaca pancaroba saat ini. itung-itung ikut mencekal virus SARS yang berkeliaran.

keep healthy!