nonton Madame Dasima kemarin malam…
gak dapet apa-apa, kecuali menonton orang-orang yang belum pernah nonton teater… sedih, yak!
gimana kalau mereka nonton teater taraf internasional?
melihat penonton datang terlambat saat pertunjukkan sudah dimulai
mendengar beep SMS yang diterima
mendengar kunyahan makanan dari bioskop tuentiwan sebelah
mendengar celaan macam nonton bioskop pinggiran
ah, mendingan nonton layar tancep yang lebih membumi…
pagi-pagi, belum sempat sarapan, langsung ngacir ke gym
pulang latihan, kok laper, yaa?
padahal masih banyak rencana harus dijalankan
daripada ngemil lebih baik makan sandwich dan beli aqua
mampir ke Holland Bakery. mahal sih… (masih jauh lebih murah sandwich bikin sendiri)
tapi… gaya hidup orang sibuk laa… mana sempat?

sepotong sandwich dan sebotol aqua nggak dingin dihargai Rp. 6.200
gue ulurkan selembar Rp. 10.000-an
pikir gue, males ah dikembaliin sama uang receh
mengorek isi dompet mencari selembar ribuan dan uang ratusan
ah, cuma ada 2 keping limaratusan logam
dan seratusan putih, dan empat keping uang duapuluhlima rupiah putih kinclong

“maaf, Mbak, tidak menerima pembayaran dengan uang ini,” ujar mbak kasir sambil melirik si 25 rupiahan empat biji itu.
ha? 4 kali 25 setahu gue dari dulu gue SD sampai sekarang berumur 30 tahun, kayaknya masih belum berubah deh, nilainya 100.
so?

“pokoknya nggak bisa Mbak, ini peraturan perusahaan!”
perusahaan? perusahaan sebesar apa? perusahaan REPUBLIK INDONESIA?
ini kan cuma Holland Bakery yang katanya jualan roti terenak di seluruh negeri?
terdengar suara dari arah lain…
“buat belanja di Hero aja, Mbak?”
yeee… namanya duit ya buat belanja di mana aja.
uang (katanya) alat pembayaran yang sah. uang Indonesia yang asli berarti alat pembayaran sah di seluruh negeri bernama Indonesia, toh?

dengan tolol, gue amati si-duapuluhlima-perakan-tak-bersalah-itu berulang-ulang
dengan geram terpaksa gue menjawab, “setahu saya ini uang asli Indonesia. dan uang Indonesia bisa dibelanjakan di seluruh negeri ini. kalau saya di luar negeri saya tahu uang Indonesia memang nggak laku. terus sekarang saya di mana, ya?

sedemikian tak berharganya uang Rp. 25? apalagi dibandingkan dengan kurs dolar Rp. 11.300 per 1 US$???
Rp. 1.000.000 bukan senilai satu juta rupiah jika kurang si dua puluh lima perak.

moral of the story:
1. jangan sia-siakan uang biarpun HANYA Rp. 25, nyarinya susah, nek!
2. kalau kita miskin uang berapapun pasti ada nilainya
3. yang tolol siapa ya? gue? pegawai Holland Bakery Dwima Plaza Cempaka Putih, peraturan Holland Bakery, rakyat Indonesia, atau pemerintahnya? atau semua?
... kita sebenarnya kaya, kalau bisa merasakan dan bisa mensyukuri...

(ucap Abah kepada Euis, Ara, Agil dan Emak - Serial Keluarga Cemara di RCTI tiap pukul 17.00 - episode 19/6/2001)
Bletak!
Potongan kayu diayunkan ke arah kepalanya
Darah mengucur dari pelipis…
Menggeliat antara hidup dan mati
Bergulat menghadapi sang el maut yang sudah menunggu di sampingnya
Rintihnya… “duh, Gusti, kenapa hidupku selesai begini saja?”
Ayunan parang, tegas menghabisi nyawa yang sekarat
Tiadakah rasa hiba?
Ah, satu lagi nyawa melayang
Dengan tenangnya potongan demi potongan tubuh yang sudah bersimbah darah dimasukkan dalam kantong plastik hitam
Sisa-sisa jiwa masih tersisa dan bergeliat
Memberati kantong plastik hitam
Menggeliat…
Menggeliat…
dan
berhenti untuk mati…
Ah, nasibmu si ikan mas, berhenti dalam kuali berbumbu gulai

(pulang belanja ikan untuk lauk…)
Mencintai seseorang bukan hanya merupakan suatu perasaan kuat – tetapi juga merupakan ketegasan dari suatu keputusan, suatu janji.

(Erich Fromm – The Art of Loving)

Pemuda Yang Banyak Bicara

Seorang pemuda yang sedang jatuh cinta berusaha selama berbulan-bulan untuk mengambil hati pujaannya, namun gagal. Ia merasa sakit hati karena ditolak. Namun akhirnya si jantung-hati menyerah. “Datanglah di tempat anu pada jam anu,” katanya.

Pada waktu dan di tempat anu tersebut, akhirnya si pemuda sungguh jadi duduk bersanding dengan jantung-hatinya. Lalu ia merogoh saku dan mengeluarkan seberkas surat-surat cinta, yang telah ia tulis selama berbulan-bulan, sejak ia mengenal si jantung-hati. Surat-surat itu penuh kata-kata asmara, mengungkapkan kerinduan hatinya dan hasratnya yang membara untuk mengalami kebahagiaan karena dipersatukan dalam cinta. Ia mulai membacakan semua suratnya itu untuk jantung-hatinya. Berjam-jam telah lewat, namun ia masih juga terus membaca.

Akhirnya si jantung-hati berkata tentang aku dan rindumu padaku. Sekarang aku di sini, bahkan duduk di sampingmu. Dan kamu masih juga membacakan surat-suratmu yang membosankan itu!”


“Inilah aku, duduk di sampingmu,” sabda Tuhan kepada penyembahnya, “dan engkau masih juga berpikir-pikir tentang aku di dalam benakmu, berbicara tentang Aku dengan mulutmu, dan membaca tentang Aku dalam buku-bukumu. Kapankah engkau akan diam dan mulai menghayati kehadiranKu?”

(taken from Burung Berkicau, Anthony de Mello, SJ)

God opened this page (124-125) from Burung Berkicau for me…
Hun, makasih ya untuk semuanya.
Untuk telingamu pada saat aku berkeluh kesah..
Untuk matamu pada saat membaca emailku..
Untuk jarimu pada saat menuliskan ceritamu..
Untuk kesabaranmu menunggu...
Dan untuk hatimu yang selalu melimpahkan kasihmu..
Untukku...

Peluk cium untukmu seorang.